Sunday, 9 January 2011

Ziarah Tiga Wali

Kesempatan berkunjung ke Jawa Tengah pada pertengahan november kemarin tidak saya sia-siakan. Harapan yang selama ini belum tercapai harus dilaksanakan. Berziarah. Diantara wali songo yang sembilan, tiga wali dimakamkan di Jawa Tengah.

Wali songo yang berjumlah sembilan orang memiliki daerah dakwah masing-masing dan tersebar di pulau jawa. Hingga kini makam mereka tetap ramai diziarahi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Lima orang wali dimakamkan di Jawa Timur, tiga di Jawa Tengah dan satu di Jawa Tengah.

Perjalanan ziarah saya mulai dari Gunung Muria. Disini terdapat makam Sunan Muria. Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dan adik dari Sunan Giri. Dengan mengendarai motor dibawah guyuran hujan dan juga sempat salah jalan akhirnya saya sampai juga di Gunung Muria. Untuk sampai di lokasi makam, saya harus menaiki anak tangga yang panjangnya sekitar 1,5 km. Dengan nafas terengah-engah dan sempat istirahat sekali akhirnya saya sampai juga di kompleks makam Sunan Muria. Terdapat banyak pedagang di kiri-kanan sepanjang anak tangga, baik pedagang makanan, pakaian, pernak-pernik dan yang pasti semuanya khas muria. Disana terdapat masjid yang cukup artistik, dari halaman masjid ini bisa dinikmati pemandangan yang sangat indah di bawah sana.


Suasana di dalam masjid dan pemandangan dilihat dari halaman masjid


Para pedagang di kawasan makam Sunan Muria


Perjalanan saya lanjutkan ke makam Sunan Kudus. Letak makam beliau berada di pusat kota Kudus yang terkenal dengan jenang kudusnya. Nama asli beliau adalah Ja'far Shodiq, dan masih keponakan dari Sunan Bonang. Gaya dakwah beliau cukup toleran dengan budaya lokal dan tak segan mengadop peninggalan Hindu untuk menarik perhatian masyarakat. Untuk menghormati masyarakat yang beragama hindu, qurban yang biasanya sapi diganti dengan kerbau, sehingga kita akan kesulitan mencari makanan berbahan daging sapi di kudus. Masjid Aqsho yang berada di kompleks makam beliau pun tak lepas dari ornamen budaya hindu, seperti menara masjid yang sangat terkenal. Saya juga sempat terkejut ketika di dalam masjid pun terdapat bangunan seperti gapura dengan relief khas bangunan Hindu.


Masjid Aqsho menara kudus

Perjalanan saya lanjutkan keesokan harinya. Sebagai tujuan terakhir saya adalah makam Sunan Kalijaga yang berada di Kadilangu Demak. Nama asli beliau adalah Raden Syahid putera adipati Tuban Aria Wilwatikta. Kisah beliau yang terkenal adalah pertapaannya di tepi sungai atas perintah Sunan Bonang untuk menjaga tongkat yang ditancapkannya, bahkan sampai tubuhnya dipenuhi oleh akar dan rerumputan. Atas peristiwa ini, akhirnya beliau terkenal dengan nama Sunan Kalijaga. Setelah memasuki gapura depan, saya disambut dengan pedagang suvenir di kiri-kanan jalan sepanjang kurang lebih 200 meter menuju kompleks makam. Baru setelah memasuki gapura kedua, saya memasuki kompleks makam Sunan Kalijaga.


Suasana di kompleks makam Sunan Kalijaga

Jalan-jalan kurang lengkap tanpa mencicipi kuliner di daerah yang dikunjungi. Begitu pula ketika di Kudus. Saya menyempatkan diri untuk menikmati kuliner khas yang hanya akan saya temui disini. Untuk sarapan, saya mencoba "Lentog". Lentog ini berupa irisan lontong dengan kuah sayur nangka yang sudah sangat lembek dan tahu. Kalau di jakarta mirip lontong sayur, tapi dengan cita rasa yang berbeda pastinya. Satu lagi yang tak boleh dilewatkan, "soto kudus". Memang, hampir tiap daerah memiliki soto khasnya, seperti lamongan, betawi, madura dll. Satu yang khas dari soto kudus adalah penggunaan daging kerbau. Teman saya iseng bertanya, ada daging sapi? penjualnya tersenyum dan menjawab hanya daging ayam dan kerbau saja pilihannya.


Khas dari Kudus

No comments:

Post a Comment

Assalamualaikum....