Alhamdulillah, sebulan yang lalu saya berkesempatan untuk jalan-jalan di "kota kartini" Jepara. Setelah sekian lama hanya berupa angan-angan, akhirnya bisa terwujudkan. Kebetulan disini ada seorang teman kuliah saya dulu di Malang. Silaturrahim sekaligus jalan-jalan.
Saya berangkat dari terminal Lebakbulus Jakarta Selatan dengan naik bis malam jam 16.30 WIB. Hampir saja saya tidak bisa berangkat karena bis ke arah Jepara sudah penuh semua. Ini karena hari itu menjelang Idul Adha, dimana banyak para perantau yang ingin pulang kampung. Untunglah setelah sedikit bernegoisasi dengan awak bus, akhirnya saya bisa mendapatkan jatah kursi tambahan di belakang. Jauh dari nyaman memang, tapi yang penting terangkut sampai ke Jepara. Perjalanan ditempuh sekitar 11 jam. Jam 4 pagi, saya akhirnya dapat menginjakkan kaki di Bumi Kartini untuk pertama kalinya.
Tempat tinggal teman saya ini adalah sentra industri kerajinan monel. Hampir di setiap rumah warga terdapat pajangan hasil karyanya masing-masing. Ada beragam bentuk yang bisa dipilih untuk cindera mata apabila berkunjung ke sini, seperti gelang, kalung, cincin dan bross. Soal harga, jelas lebih miring daripada di mall. Biasanya pada hari-hari libur banyak rombongan yang datang kemari. Kalau sudah begitu, warga disini bisa meraup untung besar.
Ada sesuatu yang unik ketika saya disini. Saya sangat tertarik melihat rumah-rumah warga disini, yang berbeda dengan rumah-rumah di daerah saya di malang. Ada hiasan antik di "wuwungan" rumah-rumah mereka. Bentuknya seperti bagian kepala dalam dunia pewayangan. Tapi apakah memang itu dan apa makna dibaliknya, saya kurang paham.
Malam harinya saya diajak ke Pasar Kalinyamatan yang tidak terlalu jauh dari rumah teman saya. Suasana malam disini cukup ramai. Terdapat penjual makanan, pakaian dan juga berbagai permainan anak-anak yang kata teman saya sekali bayar boleh bermain sepuasnya. Untuk teman berkeliling saya mampir dulu beli tempura. Puas berkeliling pasar kalinyamatan jadi haus, minumnya susu soda. Tak terasa jam sudah pukul 10 malam, kamipun bergegas pulang untuk segera beristirahat.
Tempat tinggal teman saya ini adalah sentra industri kerajinan monel. Hampir di setiap rumah warga terdapat pajangan hasil karyanya masing-masing. Ada beragam bentuk yang bisa dipilih untuk cindera mata apabila berkunjung ke sini, seperti gelang, kalung, cincin dan bross. Soal harga, jelas lebih miring daripada di mall. Biasanya pada hari-hari libur banyak rombongan yang datang kemari. Kalau sudah begitu, warga disini bisa meraup untung besar.
beberapa contoh kerajinan monel
Ada sesuatu yang unik ketika saya disini. Saya sangat tertarik melihat rumah-rumah warga disini, yang berbeda dengan rumah-rumah di daerah saya di malang. Ada hiasan antik di "wuwungan" rumah-rumah mereka. Bentuknya seperti bagian kepala dalam dunia pewayangan. Tapi apakah memang itu dan apa makna dibaliknya, saya kurang paham.
wuwungan rumah
Malam harinya saya diajak ke Pasar Kalinyamatan yang tidak terlalu jauh dari rumah teman saya. Suasana malam disini cukup ramai. Terdapat penjual makanan, pakaian dan juga berbagai permainan anak-anak yang kata teman saya sekali bayar boleh bermain sepuasnya. Untuk teman berkeliling saya mampir dulu beli tempura. Puas berkeliling pasar kalinyamatan jadi haus, minumnya susu soda. Tak terasa jam sudah pukul 10 malam, kamipun bergegas pulang untuk segera beristirahat.
waktunya memanjakan lidah
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum....