Wednesday 16 December 2009

Indonesia Masuk Final Piala Dunia ke 10 di Jerman

Indonesia ternyata pernah tampil di ajang Piala Dunia (World Cup) tahun 1974 di Jerman. Sungguh membanggakan. Meskipun baru diwakili oleh koin tercinta kita "Rupiah". Ini dia beritanya.

Bagi tim Indonesia tampil di Piala Dunia masih merupakan harapan. Namun tahukah Anda bahwa koin Indonesia pernah dipakai oleh wasit di final Piala Dunia 1974?

Menurut Guardian, koin tersebut dibuat secara khusus sebagai cendera mata oleh percetakan Bank Indonesia pada tahun 1974 dan hanya ada tiga buah. Wasit asal Inggris, Jack Taylor mendapat koin tersebut sebagai cendera mata atas kontribusinya di sepakbola.

Taylor kemudian mendapatkan kehormatan untuk memimpin pertandingan puncak Piala Dunia 1974 yang mempertemukan tuan rumah Jerman Barat dengan Belanda.

Taylor yang punya kesan mendalam terhadap koin yang cukup berat tersebut, kemudian menggunakannya untuk mengundi sebelum Jerman Barat dan Belanda melakukan kick off.

Taylor telah menjadi salah satu wasit legenda. Selama 33 tahun karirnya, Taylor telah memimpin lebih dari 1000 pertandingan, termasuk 100 pertandingan internasional di 60 negara. (Reky Herling Kalumata - detikSport).

Sunday 6 December 2009

Jangan Minum Air Sungai Mahakam

Kalimantan Timur memiliki sungai yang sangat terkenal yaitu Sungai Mahakam. Sungai ini mempunyai panjang sekitar 920 km membelah Kabupaten Kutai Barat di hulu hingga Kabupaten Kutai Karatanegara dan Kota Samarinda di hilir. Pada bagian hilir, sungai ini membentuk sebuah delta seperti kipas yang sangat khas dan terkenal dengan Delta Mahakam. Disinilah terkandung kekayaan alam yang sangat melimpah.

Dahulu, ketika saya masih SD sekitar awal tahun 90an, banyak tetangga yang merantau untuk bekerja ke Samarinda. Rata-rata mereka bekerja di perusahaan kayu. Orang-orang yang sudah berhasil, biasanya saat pulang kampung akan mengajak saudaranya untuk ikut mengadu nasib bersama di Samarinda. Setiap pulang mereka selalu membawa oleh-oleh yang banyak, dan tetangga kiri-kanan rumah mereka pasti kebagian termasuk saya. Pada zaman itu mereka sudah merasakan enaknya naik pesawat, sesuatu yang sangat mewah dan wah di kampung saya, dan merupakan salah satu indikasi kesuksesan.

Ada satu perkataan yang sangat saya ingat sampai sekarang dari para orang tua dulu yang mengomentari fenomena tetangga kami pada waktu itu. "Kalau pergi merantau ke Samarinda, dan masih ingin bisa kembali ke Jawa jangan sampai minum air Sungai Mahakam. Kalau sudah minum air Mahakam, meskipun bisa pulang ke Jawa, tapi pasti akan balik lagi ke Samarinda".
Apakah ini hanya mitos?

Tuesday 1 December 2009

Selamat Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1430 H

Alhamdulilah, saya masih bisa merasakan indahnya Idul Adha tahun ini yang dirayakan oleh ummat islam setiap tanggal 10 Dzulhijjah tahun Qomariyyah yang tahun ini adalah tahun 1430 Hijriyah. Idul Adha kali ini bertepatan dengan tanggal 27 November 2009.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana saya selalu merayakan hari raya bersama keluarga di rumah, ada sesuatu yang berbeda pada peringatan hari raya ummat islam selain Idul Fitri tahun ini. Saya merayakannya bersama "keluarga baru" saya yang berasal dari berbagai suku bangsa, adat dan kebiasaan yang berbeda-beda.


Ya, perayaan Idul Adha tahun ini sungguh berkesan dan merupakan pengalaman yang sangat menakjubkan. Saya patut bersyukur, karena belum tentu semua orang bisa mengalami pengalaman seperti apa yang saya alami. Saya bersama sekitar dua ratusan orang yang kesemuanya adalah pria, melaksanakan sholat Idul Adha berjamaah di atas kapal. Kami dipertemukan di atas kapal ini oleh Allah. Kami adalah kru yang bertemu dan tergabung dalam salah satu pekerjaan seismik di Delta Sungai Mahakam Kalimantan Timur.

Jam 6 pagi kami sudah berkumpul di dok salah satu kapal tempat para mekanik biasa bekerja. Pagi-pagi sekali area tersebut sudah dibersihkan dan disiapkan untuk pelaksanaan Sholat Ied. Terpal digelar, pengeras suara dipasang, mimbarpun disiapkan. Takbir berkumandang di atas kapal, mengagungkan dan memuji kebesaran Allah swt. pemilik seluruh alam. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamdu. Hati pun bergetar. Mata berkaca-kaca. Sungguh manusia tiada apa-apanya dihadapan sang penguasa alam.


Dibuai ombak-ombak kecil, Sholat Ied didirikan. Diteruskan dengan Khutbah Ied yang meneduhkan hati, menjadi renungan dan bekal menapaki kehidupan. Akhirnya perayaan Iedul Adha pagi itu diakhiri dengan saling bersalam-salaman penuh kebahagiaan dan rasa persaudaraan.