Sunday, 6 September 2015

Jangan Rusak Hutan Kota Malabar Kami

Akhir-akhir ini warga Malang raya dihebohkan dengan berita terkait rencana pemerintah Kota Malang yang hendak membangun tempat rekreasi di salah satu paru-paru dan area resapan kota Malang yang berada di jalan malabar, yaitu Hutan Kota Malabar. Pemerintah Kota Malang akan bekerjasama dengan salah satu perusahaan yang ada di Malang untuk melaksananakan rencana tersebut. Diantara sarana yang akan dibangun disana adalah amphitheater, sepeda gantung penghasil listrik sarana bermain dan sebagainya. Rencana ini mendapat respon penolakan dari warga Malang yang kemudian melakukan penggalangan dukungan lewat dunia maya seperti yang ada disini.

Hutan Malabar awalnya adalah lapangan kosong dengan sebuah danau resapan di tengahnya. Lantas sekitar tahun 2000 warga kota yang peduli lingkungan bahu membahu menanaminya dengan berbagai jenis pohon dan bebrapa jenis tanaman langka. Motivasi ini tercipta karena semakin menipisnya RTH di Kota Malang.

Berbicara mengenai Hutan Malabar mengingatkan saya pada penelitian yang saya lakukan saat masih mahasiswa sekitar tahun 2005 dulu. Penelitian ini pula yang mengantarkan saya mendapatkan beasiswa penelitian dari Dikti lewat program TPSDP. Berkat penelitian ini pula saya bisa lulus sebagai sarjana sains dari Jurusan Fisika Universitas Brawijaya. 

Judul penelitian saya adalah "Studi Efektifitas Hutan Kota Malabar Sebagai Daerah Resapan Air Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas". Dalam pelaksanaannya, metode geolistrik saya pergunakan untuk memetakan kondisi lapisan bawah permukaan. Dengan metode geolistrik saya bisa melakukan pendugaan susunan lapisan-lapisan bawah permukaan di area Hutan Malabar.

Penilitian ini saya tunjang pula dengan uji infiltrasi (laju peresapan air permukaan) untuk mengetahui seberapa besar kemampuan permukaan Hutan Malabar dalam menyerap air permukaan. Ini perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan Hutan Malabar menyerap limpasan air permukaan pada saat terjadi hujan. 

Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian saya waktu itu adalah :
  1. Kondisi bawah permukaan Hutan Malabar diduga tersusun atas tufa lanauan, tufa pasiran dan lanau lempungan. Tufa lanauan berada pada lapisan paling atas memiliki kemampuan menyerap air (infiltrasi) yang bagus. Di bawah lapisan ini ada tufa pasiran yang kemampuan infiltrasinya jauh lebih baik dari pada tufa lanauan. Lapisan berikutnya adalah tufa lanauan, lapisan ini akan sedikit menahan air yang terserap sebelum masuk kedalam sistem akuifer yang lebih dalam.
  2. Hasil uji infiltrasi dari tiga titik yang saya ambil, menyatakan dua titik memiliki kemampuan infiltrasi permukaan sangat cepat, dan satu titik yang lain termasuk dalam klasifikasi agak cepat.
  3. Penetapan dan pemilihan Hutan Kota Malabar sebagai daerah resapan air sudah tepat karena terbukti memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menyerap air permukaan, dan hasil pendugaan bawah permukaannya juga sangat mendukung fungsinya sebagai daerah resapan air.
Bagi Pemerintah Kota Malang saya berharap agar rencana yang akan dilakukan terhadap keberadaan Hutan Kota Malabar yang mungkin tinggal satu-satunya hutan kota di Kota Malang ini dikaji lagi dengan lebih mendalam dengan melibatkan berbagai pihak yang kompeten dan peduli terhadap kelestarian Kota Malang tercinta.

No comments:

Post a Comment

Assalamualaikum....